Pengertian
Seni Kriya adalah Bidang keilmuan yang
mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang
bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian
(utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual. Seni kriya juga adalah
merupakan salah satu dari karya senirupa terapan yang proses pembuatannya lebih
mengutamakan fungsi dan kegunaan.
Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu bentuk/karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.
Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu bentuk/karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.
Hasil karya kriya diutamakan mengandung
nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional dan inderawi (visual,
tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya sekaligus mendesain
produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan, tema,
makna dan pesan filosofis.
Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional.
Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional.
Perkembangan
Seni Kriya di Nusantara
Seni kriya Nusantara di indonesia dapat
dikelompokkan kedalam 3 kelompok fase perkembangan :
- Seni
Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
- Seni
Kriya Tradisional Rakyat (Daerah), dan
- Seni
Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha) :
- Kaidah
seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
- Mutu
seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran
falsafah hidup dan pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
- Contoh
karya seni kriya pada masa ini adalah batik, pandai emas dan perak, ukiran
kayu, keris, wayang kulit dan wayang golek, dan kerajinan topeng
Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)
- Ciri-ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan
corak kesenian tradisional sesuai dengan watak masyarakat, adab kehidupan,
dan lingkungan alamnya
- Pembuatan dan jenis seni kriya tradisional
ditentukan oleh bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.
- Karya seni kriya tradisional rakyat yaitu :
anyaman, gerabah, logam, dan topeng yang masih bertahan
Ciri - ciri karya seni kriya tradisional rakyat :
- kebudayaan etnik
- corak tradisional
- watak masyarakat
- adab kehidupan
- lingkungan alamnya
Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
- Pada
zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan
jasmaniah.
- Kesadaran
nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi
lemah, baik yang klasik maupun kriya rakyat
- Beberapa
karya kriya indonesia baru yang dipadukan dengan seni tradisi dan bahan
industri
ciri-ciri
karya indonesia baru :
- kehilangan
nilai tradisi dan nilai klasik
- komersialisasi
yang melanda para kriyawan. keahlian para seniman klasik tidak diwariskan
- saingan
dari benda pakai hasil produksi industri
Fungsi Seni
Kriya
Sebagaimana kami sampaikan diatas bahwa seni kriya adalah merupakan salah
satu dari karyasenirupa terapan dimana proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu.
Fungsi seni kriya secara garis besar terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai
berikut.
1. Seni Kriya sebagai Hiasan (dekorasi)
Banyak produk seni kriya yang berfungsi
sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan segi rupa
daripada segi fungsinya sehingga bentuk bentuknya mengalami pengembangan.
Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain.
2. Seni Kriya sebagai Benda terapan
(siap pakai)
Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan
fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap
pakai,bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya. Misalnya,
senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain.
3. Seni Kriya sebagai Benda mainan
Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya
sebagai alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk
sederhana, bahan yang digunakan relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan
harganya juga relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, dan kipas kertas.
Jenis-jenis
Seni Kriya
Jenis-jenis seni kriya banyak sekali dan sangat mudah ditemukan di berbagai
daerah. Berdasarkan dimensinya, jenis-jenis seni kriya dapat dibedakan sebagai
berikut.
1. Seni kriya dua dimensi
Karya seni kriya dua dimensi meliputi sulaman, bordir, mozaik, kolase,
batik, tenun, relief, dan hiasan dinding.
2. Seni kriya tiga dimensi
Karya seni kriya tiga dimensi meliputi sebagai berikut.
a.KriyaKeramik
Kerajinan keramik menggunakan bahan dasar tanah liat. Produk yang dihasilkan, misalnya vas bunga, guci, teko, kendi, dan peralatan rumah tangga.
b.Kriyalogam
Kerajinan logam menggunakan bahan jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga, aluminium, dan kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas dan perak, patung perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat musik gamelan. Sekarang kerajinan logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.
c. Kriya kulit
Kulit banyak digunakan untuk membuat berbagai benda kerajinan, seperti wayang kulit, tas, sepatu, jaket, dan alat musik rebana.
d. Kriya kayu
Kayu banyak menghasilkan berbagai benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur, patung, dan hiasan ukir-ukiran.
e. Kriya anyaman
Kerajinan anyaman biasanya menggunakan bahan dasar, seperti bambu, daun mendong, dan tali plastik untuk membuat tempayan, topi, tutup nasi, tikar, dan gantungan pot tanaman.
PENGERTIAN, UNSUR-UNSUR DAN SEJARAH SENI KRIYA NUSANTARA
SENI KRIYA NUSANTAR
I. Pengertian
Pengertian dari seni Nusantara adalah beragam bentuk kesenian
yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah yang ada di seluruh wilayah
Indonesia. Ragam bentuk kesenian Nusantara tumbuh sebagai hasil olah
budaya masyarakat yang hidup disuatu wilayah sesuai dengan adat istiadat dan
kondisi lingkungannya
II. Sejarah
Seni rupa Indonesia memang belum bisa dikatakan memiliki jati
dirinya sendiri. Jika mau mengilas balik seni rupa nusantara, Perjalanan Seni
Rupa Indonesia mengungkap fakta dari semula, nusantara memang tak memiliki seni
rupanya yang otentik. Kebudayaan nusantara dipercaya tercipta lewat migrasi
Yunnan dan bangsa Austronesia, sekitar 4000 tahun yang lalu. Saat itu seni
pertama kali lahir, sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Seni menjadi
semacam barang yang bermanfaat dijual atau digunakan dalam ritual keagamaan.
Seni hasil para migran ini kemudian yang menjadi dasar kebudayaan di Indonesia.
Penemuan arkeologi guci perunggu bermotif ganda; membuktikan pengaruhnya pada
seni rupa motif parang rusak batik Jawa sekaligus motif tameng Papua.
Gelombang migrasi yang sama terus berulang secara berjangka.
Seiring itu pula kebudayaan nusantara terus berkembang. Mulai dari migrasi Dong
Son pada 500 SM yang mengenalkan kebudayaan perunggu, hingga masuknya Islam,
yang menciptakan sosok punakawan di wayang Jawa.
Campur aduk gado-gado pengaruh aneka kebudayaan ini menghasilkan sosok seni rupa yang menyesatkan di Indonesia. Indonesia memiliki seni yang paling primitif sekaligus berdampingan dengan seni yang paling kontemporer. Saat seniman ”kubu” Bandung dan Yogyakarta telah mengenal pop art ala Andi Warhol, seniman Asmat masih setia menggunakan tiga warna alam dalam karyanya.
Renesans bertopik lokal
Seni rupa modern Indonesia sendiri bergerak campur aduk. Kusnadi
dalam Seni Rupa Modern menyatakan, seniman-seniman Indonesia dibentuk melalui
orientasi Timur sekaligus Barat, tanpa mengenal adanya batasan-batasan
geografis, wilayah, bangsa bahkan zaman. Sejak dirintis oleh Raden Saleh, seni
rupa modern Indonesia berjalan tanpa ”sengaja”. Sekaligus juga tanpa arah yang
jelas. Raden Saleh menerapkan gaya melukis ala renesans, namun dengan
topik-topik lokal. Hasilnya muncul dalam karya Harimau Minum, Bupati Majalengka
atau Penangkapan Pangeran Diponegoro. Sejak awal idealisme seni rupa modern
Indonesia belum terbentuk, dan sama seperti kondisi politik saat itu; terjajah
seni rupa klasik Barat. Uniknya, seni klasik Barat saat itu menjadi landasan
seni modern Indonesia. Carut marut semakin kencang, mengingat di saat bersamaan
seni lukis Bali tetap berkembang dengan dunianya sendiri.
Masalah menjadi lebih kompleks sejak seni rupa Indonesia sendiri
sebenarnya terbagi-bagi sesuai gejolak politik saat itu. Kusnadi dalam periode
Revolusi Fisik Kemerdekaan mengelompokkan Affandi, Hendra, Sudarso, Trubus,
Dullah dan kawan-kawan sebagai seniman pada era sebelum kemerdekaan. Karya
mereka berbeda jauh dengan karya-karya seniman era 80-an, era 2000-an atau
bahkan kembali pada karya seniman masa Hindia Belanda. Seni rupa Indonesia
bukan hanya terbagi atas aliran-aliran ala Barat, namun juga terbagi atas
periode-periode politik nusantara.
Ruwetnya identitas seni rupa Indonesia ini terus berlanjut
bahkan di masa kontemporer. Seni rupa Indonesia menginduk ke Barat, tanpa
melewati tahapan yang sama. Sebuah dunia seni rupa yang masih mencari identitas
diri, bagaikan seorang remaja yang baru menginjak pubertas, mengekor identitas
seni Barat yang telah rampung.
Salah satu bentuk rancu terjadi dalam pengertian surealisme di
seni rupa Indonesia. Kurator Jim Supangkat sempat mengeluh, saat berhadapan
dengan karya-karya mistis Indonesia. Surealisme nusantara masih mengawal soal
kekuatan gaib atau mahluk-mahluk-mahluk mitologi yang bercampur pemahaman
pribadi. Berbeda dengan surealisme Barat yang murni bermain dengan alam pikiran
manusia.
Barat memiliki kerangkanya sendiri setelah melalui perjalanan
yang panjang. Aliran Cobra misalnya, tak sembarang hadir dengan ide corat-coret
di atas kanvas. Genre ini muncul sebagai bentuk frustasi para seniman
Copenhagen, Brussel dan Ãmsterdam pasca ekpresionisme.
Seni kria dapat disebut dengan seni kerajinan yang merupakan
bentuk seni rupa terapan. Seni kria merupakan bagian dari seni rupa yang
bertujuan untuk memenuhi kepuasan fisik (seni pakai) dan psikologis (seni
hias/keindahan rasa). Seni kria dikerjakan dengan keterampilan atau kecekatan
tangan. Pada umumnya seni kria dibuat cendrung sebagai barang produksi atau
seni industri.
Seseorang pengamat atau pecinta seni dapat menghargai dan
menikmati karya seni kria apabila ia mengerti , memahami dan menilai karya seni
melalui kepekaan rasa estetis dan nilai guna. Kemampuan dalam kegiatan tersebut
dinamakan dengan Apresiasi seni. Kemampuan dalam memahami dan menilai karya
seni terapan disebut kemampuan mengapresiasi seni terapan. Apresiasi sangat penting
bagi setiap orang yang mau mengerti terhadap karya seni karena dapat melatih
kepekaan rasa, memberi kenikmatan, dan memperkaya jiwa serta memperhalus budi
pekerti.
Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)
Menilai suatu karya seni kria, kita harus memahami proses
apresiasi seni rupa secara utuh. Proses tersebut adalah pengamatan, penghayatan
terhadap karya, dan pengalaman berkarya seni sehingga dapat menumbuhkan rasa
kagum, sikap empati, dan simpati yang akhirnya mempunyai kemampuan menikmati,
menilai, dan manghargai karya seni.
1. Setiap karya seni rupa mempunyai nilai
seni yang berbeda satu sama yang lainnya. Nilai suatu karya sangat ditentukan
oleh kemampuan perupa karya seni itu sendiri yang meliputi:
a. konsepsi atau gagasan;
b. kreativitas dalam penciptaan karya;
c. teknik pengerjaan yang menghasilkan
corak tersendiri, namun tetap memperhitungkan sifat-sifat media/bahan;
d. keunikan dalam pengaturan
komposisi dan bentuk sehingga menghasilkan karya yang tampak unik (beda dengan
yang lain).
Kualitas suatu karya selain tergantung dari perupanya juga
ditentukan oleh kualitas dan sifat dari media/bahan yang digunakan. Misalnya
sebuah topeng yang dikerjakan dengan bahan kayu pule akan jauh lebih
berkualitas dibandingkan dengan menggunakan kayu meranti.
2. Kriteria Menilai Karya Seni Rupa
Terapan (Seni Kria)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkarya seni rupa dan
apresiasinya adalah sebagai berikut:
a. prinsip seni;
b. fungsi seni;
c. komposisi atau unsur seni
Prinsip seni atau asas seni meliputi dua hal, yaitu:
1. Komposisi (susunan)
Apa pun jenis karya seni rupa yang dikerjakan, tidak akan
terlepas dari komposisi. Komposisi itu sendiri adalah susunan. Hasil karya itu
akan baik dan indah apabila pengaturan atau penyusunan unsur-unsur seni rupa
dalam satu kesatuan. Unsur-unsur pokok dalam seni rupa adalah titik, garis,
bidang, arah, bentuk, ukuran, warna, gelap-terang, dan tekstur. Seseorang yang
menyusun unsur tersebut berarti ia menciptakan bentuk atau desain. Komposisi
dapat dihasilkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan
atau penyusunan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a. keseimbangan (balance);
b. kesatuan (unity);
c. irama (ritme);
d. kontras (berbeda jauh)
e. serasi (harmony)
2. Unsur-unsur seni rupa
1. Garis merupakan unsur yang dapat memberi
batasan atau kesan suatu bentuk, seperti kesan garis tipis beda dengan garis
tebal.
2. Arah merupakan susunan suatu garis atau bentuk
menuju kerah tertentu sehingga akan dapat memberi kesan stabil atau dinamis,
seperti arah berbelok-belok berkesan dinamis dan arah horizontal berkesan
stabil.
3. Bidang, ruang (bentuk) juga merupakan kesan batasan
suatu bentuk, seperti lingkaran, segitiga, benjolan, dll.
4. Ukuran merupakan kesan perbandingan suatu
bentuk, seperti panjang-pendek, besar-kecil, luas-sempit, dll.
5. Gelap terang merupakan efek cahaya yang nampak pada
bentuk yang dapat dicapai dengan warna gelap dan warna terang.
6. Warna merupakan unsur yang dapat memberi
kesan secara menyeluruh pada suatu bentuk.
Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. warna primer (pokok) : merah, kuning dan biru;
2. warna sekunder (campuran dua warna primer) :
orange ( merah dan kuning )
ungu ( merah dan biru)
hijau ( kuning dan biru)
3. warna tersier (campuran warna primer dan sekunder) :
hijau muda, hijau tua, ungu muda, ungu tua, orange muda, orange tua.
Warna komplimenter adalah warna-warna yang berlawanan atau
berhadapan dalam susunan warna.
Penggunaan warna dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1. Warna Harmonis, warna
diterapkan secara naturalis seperti warna yang nampak di alam, misalnya daun
berwarna hijau, langit berwarna biru, bunga berwarna merah, dsb.
2. Warna Heraldis, warna yang
digunakan dalam pembuatan symbol atau lambing, misalnya merah berarti berani,
putih berarti suci, biru berarti damai, hijau berarti sejuk, kuning
berarti jaya, ungu berarti berkabung, dll.
3. Warna Murni, penggunaan warna
secara bebas tidak terikat oleh alam atau makna tertentu, misalnya pada
karya-karya seni modern.
7. Tekstur, merupakan nilai raba
dari suatu permukaan (kasar halusnya permukaan benda). Tekstur ada dua, yaitu
tekstur nyata dan tekstur semu.
8. Titik, merupakan unsur yang dapat digunakan untuk
memunculkan kesan suatu bentuk, seperti membuat gambar ilustrasi atau lukisan
pointilisme.
3. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1. Seni
kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit
yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu,
wayang dan lain-lain.
2. Seni
kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi,
perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan
sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya
pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni ukir
kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau
dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu
jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan
lain-lain.
4. Seni
kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu,
daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll.
Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni
kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses
teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan
lain-lain.
6. Seni
kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah
liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran
dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang
indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
4. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan
dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir,
membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai
dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan
perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
· Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena
menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang
kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti
dua dan valveberarti
kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik
bentuk maupun hiasannya.
1· Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang
bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini
diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu
ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin
sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya.
Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda
perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya
berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat
dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan
tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam
seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak
di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan
Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi
penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir
adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang
diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda.
Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah
tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran
bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan
segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna
simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain
ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran
utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai
hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol
tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan
spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai
hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan
spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan
juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah
nilai jual suatu benda.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi
kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa
yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara
menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau
melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai
berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar).
Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan
baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai
perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam
diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan
kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa
teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan
malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi
masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik
jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan
malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap
(stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif
sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis.
Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek
tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri
Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas,
tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan
motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk,
komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik.
Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik
sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam
sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya
Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang,
tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan
untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang
diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik
menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita
cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat
bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut
lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
6. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni
rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik.
Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran
sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik
diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan
atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas
untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris.
Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.
d.Teknikputar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e.Teknikcetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik
tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang
dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan
berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan
Fungsi Seni
Setiap karya seni rupa mempunyai fungsi tertentu, yaitu:
1) Fungsi primer atau fungsi pribadi, yaitu fungsi
untuk kepuasan pribadi bagi perupanya;
2) Fungsi Sekunder atau fungsi social, yaitu fungsi untuk
kepuasan bagi orang lain yang menikmatinya atau sebagai media komunikasi;
3) Fungsi fisik atau pakai, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan fisik.
III. MENGAGUMI KARYA SENI RUPA TERAPAN (SENI KRIA)
NUSANTARA
Wilayah Nusantara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa,
adat-istiadat, dan seni budaya daerah yang berbeda merupakan kekayaan budaya
dan kebanggaan bangsa. Berbagai daerah suku di Indonesia banyak menghasilkan
karya seni kria yang masing-masing memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Seni kria di daerah pada umumnya pengerjaannya bersifat tradisional sehingga
tidak banyak yang terkenal, lain halnya dengan perupa lukisan dan patung banyak
yang terkenal.
Nilai artistik seni kria daerah Nusantara terletak pada motif
hias atau ragam hias, teknik pengerjaan yang rumit dan unik, dan bentuk serta
keindahannya yang mengagumkan.
1. Penciptaan
Seni Kria
Seni kria yang diciptakan agar
dapat memenuhi kepuasan pencipta dan pemakai atau penikmatnya, harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor estetis (nilai keindahan yang
terkandung dalam karya seni tersebut), nilai ini dapat dicapai dengan
memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa dan dengan keterampilan atau kecakapan
tangan;
b. Faktor artistik, nilai yang
ditimbulkan oleh keindahan fisik/bentuk dan fungsi dari karya seni tersebut;
c. Faktor kegunaan, kegunaan dari karya
seni tersebut mempertimbangkan aspek keluwesan, kemanan, dan kenyamanan dari
pemakainya.
d. Faktor tempat, ukuran dan bentuknya
harus mempertimbangkan tempat meletakkannya.
e. Faktor rasa bahan, bahan yang
digunakan harus juga mempertimbangkan keindahan bentuk, fungsi dan tempat.
Misalnya bahan dari rotan bentuk apa yang mau dikerjakan, fungsinya untuk apa,
penempatannya di mana, dsb.
f. Faktor selera, karya seni kria yang
dihasilkan harus memenuhi selera atau permintaan pemakai.
2. Perjalanan Sejarah Seni Kria
Nusantara
Periode perkembangannya mengikuti perkembangan seni rupa di
wilayah Nusantara yang terdiri dari:
a. Periode zaman Prasejarah
Seni kria yang dihasilkan umumnya untuk kepentingan upacara
kepercayaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan peralatan berburu/perang.
Teknik pengerjaannya sangat sederhana dan bentuk hasil karyanya juga sangat
sederhana;
b. Periode zaman Hindu-Budha
Seni kria yang dihasilkan umumnya untuk kepentingan upacara
kagamaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan peralatan berburu/perang. Teknik
pengerjaannya sudah mengalami kemajuan dan bentuk yang dihasilkan lebih banyak
dan lebih indah. Karya-karya yang dihasilkan seperti: bejana, keris, tombak,
kendi, guci, perhiasan, wayang, topeng, tenun, dll.
c. Periode zaman Islam
Pada zaman ini perubahan yang terjadi pada motif hiasan yang
diterapkan pada benda kria, hal ini disebabkan karena adanya larangan
menggunakan motif hewan dan manusia. Seni kria yang baru muncul pada zaman ini
adalah wayang kulit.
d. Periode Sekarang
Perkembangan seni kria di zaman sekarang ini sangat pesat, baik
dari segi bentuk, motif/ragam hiasan , bahan, dsb. Hal ini disebabkan karena
kemajuan teknologi dan seni kria di Indonesia sekarang ini sebagai sumber
devisa. Benda kria yang dihasilkan antara lain: kria ukir kayu, anyaman bambu,
kerajinan kuningan, perak, emas, kerajinan kulit, kria keramik, kria tenun,
kria batik, dll.
A. Konsep Karya Seni Rupa Terapan
Bentuk kebudayaan yang paling sederhana
muncul pada zaman batu. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kecerdasan,
perasaan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi pada zaman itu. Untuk menunjang kelangsungan hidup, mereka membuat
alat-alat dari bahan-bahan yang diperoleh di alam sekitar mereka. Sebagai
contoh, kapak genggam dan alat-alat perburuan dibuat dari tulang dan tanduk
binatang.
B. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai
aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya
seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan
artistik dan keindahan.
C. Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi
maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan
Security yaitu jaminan tentang keamanan orang
menggunakan barang-barang itu.
Comfortable,
yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap. Barang-barang
terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Flexibility,
yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu
barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap
dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak
mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya
dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas.
Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan
orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu
diperindah dan berwujud estetik.
D. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya
yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah
sebagai pendukung.
2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya
yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan
aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
3. Sebagai benda mainan, adalah seni
kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.
E. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1. Seni
kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari
kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas,
sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni
kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam
seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya
menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Contohnya pisau, barang
aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni
ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang
dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan
adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel,
relief dan lain-lain.
4. Seni
kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan,
bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll.
Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni
kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan
proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju,
gaun dan lain-lain.
6. Seni
kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah
liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran
dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang
indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
F. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda
kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain
cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke
Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa
benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan
perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang
berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan
dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danvalve berarti kepingan). Teknik ini
digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun
hiasannya.
Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire
Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat
benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung
perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya
dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk
mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang
ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh
benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik
menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak,
dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan,
seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat
sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat
terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan
kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang
kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir
kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada
permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal
sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu
seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-
benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis,
swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan
juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis
ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi
(timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara
lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat
semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang
mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan
dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran
tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu
yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang
selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang
berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di
Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik
merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses
pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses
dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik
pada umumnya sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar).
Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan
baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat
motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain
yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan
lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada
permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini
dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan
batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi
menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik
dengan proses ini disebut batik jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat
melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah
digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat
menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat
untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat
dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk
mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia
antara lain Amri Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara
pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut
termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak
ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang
motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik
batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk
kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang
terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari,
seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan
baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai
tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan
dan lain-lain.
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama
dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk
anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa
menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat
yang disebut lungsi dan pakan. Daerah
penghasil tenun ikat antara lain
6. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu
membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah,
tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya
melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari
bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses
pembuatan keramik diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan
tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik
pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang
diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh
seniman atau para penggemar keramik.
d. Teknikputar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknikcetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara
pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik
dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel
dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau
tumbuh-tumbuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar